Seminar Nasional PENGINDERAAN JAUH UNTUK KEBENCANAAN

Bertempat di Fakultas Teknik Universitas Pakuan pada tanggal 4 Mei 2017 Atas kerja sama Masyarakat Ahli Penginderaan jauh Indonesia (MAPIN), Asia Pacific Network for Global Change Research (APN) dan Fakultas Teknik Universitas Pakuan diselenggarakan Seminar Nasional Penginderaan Jauh Untuk Kebencanaan.  Pada seminar ini menghadirkan  4 (empat) pembicara yaitu :

1. Prof. Dr. Ir. Dewayany, MAppSc. (Pakar Remote Sensing, MAPIN, BIG)

Tema : Rapid Mapping Technique For Disaster Observation and Global Change Data Acquisition.

Semua Komunitas masyarakat rentan terhadap bencana baik itu bencana alam, faktor manusia ataupun karena ulah atau buatan manusia yang menimbulkan bencana. Pengelolaan menghadapi bencana akan lebih baik dengan memanfaatkan pengembangan teknologi salah satunya dengan penginderaan jauh (Inderaja). Teknologi Inderaja dapat membantu masayarakat yang hidup di zona rentan bencana dalam bentuk identifikasi daerah rawan bencana, rencana mitigasi dan penanganan pasca bencana.

Elemen-elemen yang memiliki risiko kebencanaan antara lain: manusia (komunitas masyarakat), lahan dan hasil pertanian, permukiman pedesaan, aset warga, infrastruktur (tiang listrik, pipa gas, saluran drainase, jaringan komunikasi).

Pengelolaan kebencanaan bertujuan antara lain yaitu: mengurangi atau bahkan menghindari kehilangan nyawa dan materi, memastikan bantuan segera dan tepat kepada korban bencana, tindakan pemulihan yang cepat dan dapat bertahan lama

Pemetaan Cepat dengan berbagai dukungan riset akan memberikan strategi yang lebih tepat dan optimal dalam menghadapi bencana, mulai dari menggunakan data Inderaja yang terkini (near real time) dan memanfaatkan data UAV yang dapat digabungkan (fusi) dengan memperhatikan kaidah perpetaan dan akurasi, akan memberikan sajian data yang dapat dijadikan informasi tematik kebencanaan yang terjadi.

2. Dr. Wikanti Asriningrum (Pakar Kebencanaan dan Remote Sensing, LAPAN)

Tema : Peranan Penginderaan Jauh dan Mitigasi Bencana.

Pemetaan kebencanaan harus tetap memperhatikan aspek-aspek fisik wilayah lansekap yaitu: hidrosfer (air), biosfer (makhluk hidup), litosfer (batuan) dan atmosfer (udara).

Teknologi Inderaja memberikan peranan penting dalam mintigasi bencana dengan prosedur menggabungkan citra optik dan radar kemudian dilakukan proses pengolahan terstruktur (mulai dari tahapan koreksi distorsi dan posisi, penggabungan, komposisi pewarnaan sampai dengan penajaman) menghasilkan data yang siap dianalisa dan diproses (interpretasi) baik secara visual atau dijital dan didukung dengan informasi ketinggian (model elevasi djiital), kondisi kekerasan batuan, kedalaman, iklim dan cuaca, serta biologi (makhluk hidup dan ekosistemnya) menghasilkan Informasi deteksi parameter yang dapat menggambarkan kondisi lokasi bencana.

3. Dr. Janthy T. Hidayat (Pakar Tata Ruang, Universitas Pakuan Bogor)

Tema : Pemetaan Partisipasi Dalam Penataan Ruang dan Kebencanaan

Ruang yang terbatas dan pemahaman masyarakat yang telah berkembang menuntut adanya penyelenggaraan penataan ruang yang transparan, efektif, dan partisipatif  agar terwujud ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. NKRI berada pada kawasan rawan bencana menuntut adanya penataan ruang yang berbasis mitigasi bencana.

Pemetaan Partisipatif adalah satu metode pemetaan yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku pemetaan wilayahnya, sekaligus juga akan menjadi penentu perencanaan pengembangan wilayah mereka sendiri. Upaya pengurangan risiko bencana merupakan permasalahan yang kompleks. Hal ini tidak hanya dikontrol oleh kondisi fisik, tetapi juga oleh berbagai permasalahan sosial, psikologi, ekonomi, hukum, dan lingkungan.

Pencegahan bencana menjadi tidak efektif dan berkelanjutan jika masyarakat setempat tidak turut memahami permasalahan. Tantangan yang paling sulit diatasi dalam mengurangi risiko bencana adalah membuat masyarakat peduli dan termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam berbagai upaya mitigasi bencana. Mengantisipasi bahaya bencana maka diperlukan partisipasi pengurangan risiko bencana melalui pemetaan partisipatif.

Pemetaaan partisipatif merupakan suatu alat untuk membangun masyarakat dalam hal berkomunikasi dengan berbagai pihak. Pemetaan partisipasif dapat mengurangi risiko bencana karena merupakan suatu alat untuk membangun masyarakat dalam hal berkomunikasi dengan berbagai pihak. Dalam penangan risiko bencana terdapat pihak-pihak  yang terkait penyampaian informasi. Adapun pihak-pihak terkait itu ialah pemerintah, masyarakat, dan ilmuwan atau akademisi.

4. Iksal Yanuarsyah, M.Sc. (Akademisi, Universitas Ibn Khaldun Bogor).

Tema : Model Deteksi Dini Dengan Teknik Pemetaan Cepat Untuk Zona Kerentanan Longsor Menggunakan Citra Multi Sensor.

Longsor merupakan pergerakan massa tanah atau turunnya batuan menuju kemiringan yang lebih bawah, yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti: curah hujan yang tinggi, iklim mikro yang lembab, potensi risiko kerawanan geologi dengan staruktur batuan yang lemah, umumnya terjadi pada daerah perbukitan dimana terjadi perubahan tutupan hutan atau penggunaan lahan kearah bukaan tanah yang lebih besar.

Teknologi inderaja dapat digunakan  sebagai Alat Bantu dan baik digunakan untuk menentukan Zona Kerentanan Longsor, terutama untuk mengamati daerah yang sulit dijangkau. Kajian ini merupakan Tahapan Awal sebagai bagian dari Mitigasi Bencana Longsor di Kabupaten Banjarnegara. Kajian ini mengkombinasikan citra satelit multi sensor (Aktif dan Pasif) untuk melihat Perubahan/Pola forest cover dengan dukungan beberapa paramater: rainfall, slope, aspect, curvature patterns hill

Tujuannya adalah Bagaimana membangun Model Deteksi Dini Pemetaan Cepat Untuk Zona Kerentanan Longsor . Hasil dari Kajian ini dapat digunakan sebagai Deteksi Awal untuk menghitung dan menentukan lokasi yang berpotensi terjadinya Bencana Longsor pada masa yang akan datang.

Hasil Studi ini menunjukkan pemetaan cepat potensi bencana longsor melalui identifikasi zona kerentanan. Kombinasi citra optik dan citra SAR cukup memadai untuk melakukan perubahan tutupan tutupan hutan dan juga dapat di-overlay dengan parameter pendorong. Selanjutnya, perlu dielaborasi dengan parameter kuantitatif dan kualitatif lainnya untuk mendapatkan hasil zona kerentanan longsor yang lebih optimal. Studi pengembangan model deteksi ini dapat digunakan sebagai rekomendasi dan sistem pendukung keputusan untuk pemerintah daerah Kabupaten Banjarnegara.

 

You must be logged in to post a comment Login